Selasa, 26 April 2011

STROKE NON HEMORRAGIK

laporan Pendahuluan

STROKE NON HEMORRAGIK

1. Pengertian.
Stroke adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan neurologi baik lokal maupun umum yang terjadi secara mendadak sebagai akibat peredaran darah serebral.
Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak atau akut dengan tanda klinis lokal maupun global yang berlangsung selama + 24 jam. Dapat menyebabkan kematian karena gangguan peredaran darah ke otak, termasuk di dalamnya peredaran Subarachnoid dan Infark Serebral (kematian jaringan otak) tidak termasuk di dalamnya gangguan peredaran darah sepintas, misalnya karena faktor fisiologis, tumor otak, infeksi karena trauma, dan lain-lain ( WHO ).
Jadi, stroke adalah gangguan fungsi syaraf yang akut yang bisa disebabkan oleh gangguan pada pembuluh darah yang terjadi secara mendadak atau dalam beberapa detik sehingga menimbulkan gangguan dengan ditandai terganggunya daerah lokal ke otak.
a) Stroke Hemorragik.
Adalah stroke disertai pendarahan akibat sobeknya pembuluh darah parenkim yang menyebabkan kerusakan neuron dan menyebabkan peningkatan secara cepat.
b) Stroke Non Hemorragik.
Adalah stroke yang tidak disertai pendarahan otak yang dianggap sebagai kelainan suplai darah ke otak yang membahayakan fungsi neuron tanpa memberikan perubahan yang menetap.

2. Etiologi.
Gangguan aliran darah serebral yang banyak mengakibatkan stroke adalah disebabkan oleh penyempitan atau tertutupnya salah satu pembuluh darah ke otak dan umumnya terjadi pada :
a) Trombosis Serebral.
Penyebab utamanya adalah Arteri Sklerosis Trombosis yang menyebabkan Iskemik jaringan otak.
b) Emboli Serebral.
Adanya penggumpalan darah serebral, misalnya pembekuan darah, lemak maupun udara.
c) Arthritis.
Akibat dari Arthritis Temporal, Sipilis pada stadium penyebaran ke dararah atau menimbulkan radang pada pembuluh darah akibatnya dengan pembekuan Trombus dan terjadi Infark.

Selain penyebab diatas terdapat juga faktor resiko terjadinya stroke, yaitu :
a) Usia diatas 30 tahun.
b) Hipertensi maligna yang tidak terkontrol.
c) Merokok.
d) Obesitas.
e) Diabetes Melitus.
f) Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida.
g) Arterosklerosis dan pengaruh kekentalan darah.
h) Riwayat keluarga mempunyai penyakit jantung.

3. Patofisiologi.
Dalam keadaan fisiologis arah aliran darah ke otak dan kelangsungan fungsinya sangat tergantung pada oksigen, dan otak tidak mempunyai cadangan oksigen. Apabila terdapat anorexia seperti pada stroke metabolisme serebral terganggu dan kematian sel serta kerusakan yang melekat dapat terjadi dalam       3 – 10 menit. ( Long and Philips, 1989 )
Berbagai kondisi yang menyebabkan gangguan perfusi serebral dapat mengakibatkan hipoksia dan anoxia, bila aliran darah ke otak berkurang 24 – 30 ml/100gr jaringan otak dan akan terjadi iskemia, untuk gangguan yang lama otak hanya mendapatkan suplai darah kurang dari 16 ml/100 gr jaringan otak/mnt akan terjadi infark jaringan yang sifatnya permanen.
Gangguan aliran darah serebral yang mengakibatkan stroke dapat disebabkan oleh penyempitan/ tertutupnya salah satu pembuluh darah ke otak dan ini terjadi umumnya pada trombosis serebral dan pendarahan intra kranial.
Pada dasarnya stroke infark serebra terjadi akibat berkurangnya suplai peredaran darah menuju otak. Aliran atau suplai darah tidak disampingkan ke daerah tersebut. Oleh karena arteri yang bersangkutan tersumbat atau padat sehingga aliran darah ke otak berkurang sampai 20 – 70 ml/ 100 gr. Jaring akan terjadi iskemik untuk jangka waktu yang lama dan akan mengalami kerusakan yang bersifat permanen.
Tipe gangguan otak tergantung pada area otak yang terkena dan ini tergantung pula pada pembuluh darah serebral yang mengalami gangguan. Gangguan aliran darah serebral yang mengakibatkan stroke dapat disebabkan oleh penyempitan atau tertutupnya salah satu pembuluh darah ke otak dan ini terjadi pada umumnya oleh :
a) Trombosis Serebral.
Yang diakibatkan adanya Arterosklerosis yang pada umumnya menyerang usia lanjut. Trombosis ini biasanya terjadi pada pembuluh darah dimana ekluri terjadi. Trombosis ini dapat menyebabkan iskemik jaringan otak. Endemik-endemik kongesti di area sekitarnya stroke karena terbentuknya thrombus biasanya terjadi pada orang tua yang mengalami penurunan aktivitas simpatis dan posisi recumben menyebabkan menurunnya tekanan darah sehingga dapat mengakibatkan Iskemik Serebral.
b) Emboli Serebral.
Merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bawaan darah, lemak ataupun udara, pada umumnya berasal dari trombus di jantung yang terlepas, dan menyumbat sistem ateriserebral. Emboli serebral biasanya cepat dan gejala yang timbul < 10 – 30 detik.
c) Pendarahan Intra Serebral.
Terjadi karena Arterosklerosis dan Hipertensi, keadaan ini pada umumnya terjadi pada usia diatas 50 tahun, sehingga menyebabkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, akibatnya otak akan membengkak. Jaringan otak internal tertekan sehingga menyebabkan infark otak, edema, dan kemungkinan hemiase otak.

4. Penatalaksanaan Medis.
a) Bantuan kepatenan jalan nafas, ventilasi dengan bantuan oksigen.
b) Pembatasan aktivitas/ tirah baring.
c) Penatalaksanaan cairan dan nutrisi.
d) Obat-obatan seperti anti Hipertensi, Kortikosteroid, analgesik.
e) EKG dan pemantauan jantung.
f) Pantau Tekanan Intra Kranial ( TIK ).
g) Rehabilitasi neurologik.

5. Tanda Dan Gejala.
Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita umumnya dikelompokan atas 4 macam :
a) Dystensia ( gangguan fungsi motorik ) berupa :
1) Kelumpuhan ( hemiplegi atau paraplegi )
2) Paralisis ( kehilangan total dari gangguan kekuatan motoriknya )
3) Paresis ( kehilangan sebagian kekuatan otot motoriknya )
b) Disnestasia ( gangguan fungsi sensorik ) berupa :
1) Hipoarasthesia dan Arasthesia.
2) Gangguan penciuman, penglihatan dan gangguan rasa pada lidah.
c) Dyspasia ( gangguan berbicara )
d) Dymentia ( gangguan mental ) dengan manifestasi :
1) Gangguan neurologis.
2) Gangguan psikologis.
3) Keadaan kebingungan.
4) Reaksi depresif.

6. Prognosis.
a) Tingkat kesadaran.
Sadar  16 %  meninggal.
Somnolen  39 %  meninggal.
Stupor  71  %  meninggal.
Koma  100 %  meninggal.
b) Pada usia 70 tahun atau lebih, angka kelemahan meningkat tajam.
c) Jenis kelamin laki-laki lebih banyak ( 61 % ) yang meninggal dari pada perempuan ( 41 % ).
d) Tekanan darah : Tensi tinggi prognosis jelek.
e) Lain-lain misalnya : Cepat dan tepatnya pertolongan.
f) Gangguan tatapan.

Mortalitas maupun kecacatan akan lebih tinggi jika ada deviasi konjugala, jadi adanya gangguan kesadaran, hemiplegi yang berat dan deviasi konjungtiva menunjukan adanya infark yang lurus akibat penyempitan Arteri Serebris medis.

7. Pemeriksaan Diagnostik.
a) CT. Scan atau adanya pendarahan ( infark )
b) Arneografi.
Untuk melihat gambaran pembuluh darah yang patologis.
c) Lumbal Punksi.
Untuk membedakan Stroke Hemorragik karena pendarahan Subarachnoid.
d) EEG ( Elektro Encephanografi )
Untuk melihat area yang spesifik dan lesi otak.
e) Ocdter Tethys Prografi.
Memperlihatkan aliran nadi yang lambat, menunjukan penyumbatan Arteri Karotis Internal.
f) Posorion Scanning.
Untuk memberikan gambaran metabolisme Serebral.

8. Diagnosa Keperawatan.
a) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan aliran darah serebral.
Intervensi :
1) Kaji faktor-faktor penyebab meningkatnya/ menurunnya perfusi darah ke jaringan otak.
2) Monitor TTV secara teratur.
3) Monitor status neurologis secara teratur.
4) Pertahankan jalan nafas tetap terbuka.
5) Letakkan posisi kepala lebih tinggi.

b) Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan.
Intervensi :
1) Kaji otot wajah, lidah dan jalan nafas.
2) Letakkan posisi lebih tinggi pada waktu selama dan sesudah menelan.

c) Gangguan aktivitas dan gerak berhubungan dengan penurunan kekuatan otot disebabkan oleh kelumpuhan.
Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan kx dalam melakukan aktivitas.
2) Atur posisi minimal setiap 2 jam.
3) Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstrimitas pada saat masuk.

d) Perubahan pola eliminasi, konstipasi dan inkontinensia urine berhubungan dengan immobilisasi kelemahan neurovaskuler, tidak adekuatnya intake.
Intervensi :
1) Monitor fungsi bowel dan bladder.
2) Catat intake dan output.
3) Beri kenyamanan dan dukungan emosional dalam pengembangan kemampuan.
e) Kurangnya personal hygient, makanan/ minuman dan tolleting berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler, nyeri, penurunan kekuatan dan ketahanan serta kehilangan kontrol/ koordinasi otot.
1) Kaji kemampuan dna tingkat kekurangan ( dengan skala 0 – 4 ) untuk melakukan kebutuhan sehari-hari.
2) Berikan bantuan kepada kx sesuai kebutuhannya.
3) Beri kx dukungan dan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugasnya.
4) Kaji kemampuan kx untuk berkomunikasi tentang kebutuhan sehingg bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan kx.

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E. Marylinn . et, al. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta; EGC.
Ganong, W. F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta; FKUI.
Marsono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta; FKUI.
Mansjoer, Arif. dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta; Media Aesculapius. FKUI
Marjanto. 1986. Ilmu Penyakit Syaraf. Jakarta; FKUI.
Susan, Martin Tu.r. et. al. 1998. Standar Perawatan Pasien Edisi 5. Jakarta; EGC.

2 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites