Sabtu, 07 Mei 2011

ASKEP OSTEOMYELITIS

LAPORAN PENDAHULUAN
Osteomielitis

I. PENGERTIAN.
Infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (m, Tuberkulosa, jamur). ( kapita Selekta  kedokteran, P 358. Jakarta. 2000 ).
Infeksi tulang dengan menghasilkan nanah yang dapat menjadi akut / kronis, menyerang dari satu lokasi saja (umumnya) tetapi tidak dapat menyebar melalui sumsum tulang dan membran yang melindungi tulang. ( Diseases Dr. Robert Coopai. Jakarta 1996 )

Pembagian Osteomielitis :
1. Primer, yang disebabkan penyebaran secara hematogen dari fokus lainnya, dapat dibagi menjadi : osteomielitis akut dan kronik.
2. Sekunder ( osteomielitis per kontinuitatum ). Yang disebabkan penyebaran kuman dari sekitarnya, seperti bisul dan luka.

II. TANDA DAN GEJALA.
Panas tinggi, anoreksia, malaise ( adanya prpses septikemi ).
Nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat menggunakan anggota bersangkutan, pembengkakan lokal (tanda-tanda radang akut : rubor, dolor, kalor, tumor, fungsi larsa) dan nyeri tekan.
Pada osteomielitis kronik biasanya rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena nanah dan bengkak.
LAB : leokositosis, anemi, LED meningkat.

III. ETIOLOGI.
Osteomielitis terjadi sebagai invasi langsung ke dalam jaringan tulang dari luka yang terbuka, fraktura tulang atau sebagai infeksi sekunder. Pada infeksi pada organ – organ tubuh yang jauh dari tulang misalnya : radang tenggorokan karena streptokokkus atau pneomonia bakterial. phatogen utama adalah staphylococcus aureus, Eschericia coli, Streptococcus phygenus dan Basilus tuberculosa.

V. PENATALAKSANAAN.
A. Perawatan di Rumah sakit.
B. Pengobatan suportif dengan pemberian infus.
C. Pemeriksaan laboratorium dan biakan darah.
D. Antibiotik spektrum luas yang efektif terhadap gram positif  maupun gram negatif diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah secara parenteral selama 3 – 6 minggu.
E. Imobilisasi anggota gerak yang terkena.
F. Tindakan pembedahan ( operasi ). Dengan indikasi untuk melakukan operasi ;
Adanya abses.
Rasa sakit yang hebat.
Adanya sekuestor.
Bila dicurigai adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma epidermoid), saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila involukram telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan..
G. Health education.
Perlunya pengertian dan kepatuhan dalam pengobatan jangka panjang atau penjelasan tentang pentingnya mendapat pertolongan  / perhatian medis yang cepat terhadap infeksi lokal atau sistemik untuk mencegah kekambuhan.

VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Hitung sel darah, kultur darah.
2. Pemeriksaan radiologi sendi.
3. Pemeriksaan kultur aspirasi sendi.
DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN.

1. Aktivitas dan istirahat.
Tanda : Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.

2. Sirkulasi.
Tanda : Hipertensi, ( kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri / ancietas ) atau hipotensi.
Takhikardia, ( respon stres, hipovolemia ).
Penurunan / tak ada pada nadi bagian distal yang cedera ; pengisian kapiler lambat, pucat pad abagian yang terkena.
Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera.

3. Neorosensori.
Gejala : Hilang gerakan / sensasi, spasme otot.
Kebas / kesemutan (parastesis).

Tanda : Deformitas lokal : angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi ( bunyi berderit ), spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi.
Agitasi, ( mungkin berhubungan dengan nyeri / ancietas atau trauma lain ).

4. Nyeri / kenyamanan.
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera ( mungkin terlokasi pad area jaringan / kerusakan tulang, dapat berkurang dengan imobilisasi.
Spasme / kram otot ( setelah imobilisasi ).

5. Keamanan.
Tanda : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna.
Pembengkakan lokal ( dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba ).

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL.
1. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan bengkak sendi.
2. Potensial terhadap infeksi yang berhubungan dengan kemajuan invasi bakteri
3. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi, insisi dan drainase.
4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan perawatan di rumah.


 Intervensi keperawatan diagnosa pertama.

1. Pertahankan tirah baring ; tangani ekstremitas yang sakit dengan lembut.
2. Immobilisasi sendi / ekstremitas dengan menggunakan gips, bebat, dan atau bantal untuk   mempertahankan kesejajaran ; tinggikan  untuk mengurangi edema.
3. Bantu dan ajrakan rentang gerak pasif atau aktif pada ekstremitas yang tidak sakit setiap 4 jam dan nafas dalam setiap ½ jam.
4. Libatkan dalam pembuatan rencana peraawtan dan berikan dorongan untuk melakukan perawatan diri.
5. Tingkatkan sosialisasi.
6. Pantau terhadap tanda Trombosis Vena Dalam (TVD) ; nyeri betis, tanda homan ( nyeri betis atau dorso fleksi kaki ), edema.
7. Lakukan perawatan kulit setiap hari.

Intervensi keperawatan diagnosa kedua.

1. pertahankan cairan parenteral dengan antibiotik.
2. Pantau terhadap tanda vital setiap 4 jam.
3. Kolaborasi denga dokter dan siapkan pasien untuk melakukan eksisi dan drainage  bila terdapat lesi terinfeksi.
4. Pantau masukan dan haluaran cairan  irigasi.,
5. Pertahankan agar pasien tetap kering dan hangat.
6. Observasi terhadap luka-luka pad akulit.
7. Pantau insisi dari perdarahan, ganti balutan setiap hari ; pertahankan teknik aseptik.
8. Berikan diet tinggi protein, tinggi kalori sesuai toleransi untuk meningkatkan proses penyembuhan.
9. Perbanyak masukan cairan sampai batas tertinggi dari BB dan usia.

Intervebsi keperawatan diagnosa ketiga.

1. Kaji lokasi, intensitas dan type nyeri.
2. Bantu pasien dalam mengganti posisi dengan sering ; berikan penyangga pad abagian akstremitas yang terkena ; lakukan gosok punggung.
3. Berikan aktivitas relaksasi.
4. Diskusikan dan tingkatkan tindakan penurunan rasa nyeri alternatif.


Intervensi keperawatan diagnosa  keempat.

1. Berikan dan informasikan tentang program rehabilitasi yang disarankan, instruksi terapi fisik dan perawatn di rumah.
2. Berikan informasi tentang perawatan luka insisi dan tekankan pentingnya tehnik aseptik.
3. Berikan informasi tentang proses penyakit dan komplikasi.
4. Diskusikan tanda dan gejala untuk dilaporkan kepada perawat atau dokter : nyeri tekan, rasa ntak nyaman, demam, malaise, haluaran dari insisi.
5. Berikan obat-obatan sesuai jadwal, termasuk nama, dosis, dan efek samping : instruksikan untuk minum obat yang diresepkan.
6. Tekankan pentingnya diet yang bergizi dan memperbanyak masukan cairan.

Referensi.
Buku Ajar keperawatan Gangguan Sistem Muskulus Skeletal (Pendidikan Ahli Madya Keperawatan Banjarbaru). Disusun oleh Agus Rahmadi.A,Kep. Banjarbaru, 1993.
Diseases (Penyakit) Dr.Robert B. Copper. Editor Dr. drh Mangku Sitepu. Buku edisi pertama. Grasindo. Gramedia Jakarta. 1996.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Editor Arif Mansyur, dkk. Media Aesculapius. FKUI. Jakarta. 2000.
Standar Keperawatan pasien. Edisi V. Susan Martin, Tucher.  EGC. Jakarta 1992.


1 komentar:

It's genuinely very difficult in this busy life to listen news on TV, therefore I only use world wide web for that reason, and take the most recent information.
my web page: gca Canada

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites